Maoisme (Falsafah Pemikiran Mao)
Mao sebenarnya
bukannlah sebenarnya bukan seorang filsuf yang orisinil. Gagasan-gagasannya
banyak dipengaruhi oleh bapak-bapak sosialisme barat. Mao Banyak berpikir
tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme (komunis) dan
penerapan gagasan-gagasan ini oleh Mao dikatakan orisinil. Falsafah Mao ini
kemudian dikenal dengan istilah Maoisme atau pemikiran Mao Tse Tung. Maoisme
adalah varian dari Marxisme-Leninisme yang menurut Chen Jerome dalam bukunya,
Mao and The Chinese Revolution, Istilah tersebut (Maoisme) secara salah telah
dipopulerkan oleh para pelajar daei Universitas Harvard dalam tulisan-tulisan
mereka menunjuk kepada pemikiran-pemikiran Mao.
Pemikiran
Mao mulai terbentuk setelah membaca tiga buku penting yaitu Manifesto Komunis, Pertarungan
kelas oleh Karp kautsky, dan Sejarah Sosialisme oleh Kirkupp. Pemikiran Mao
pada dasarnya merupakan gabungan dari pemikiran tokoh-tokoh marxisme yang
disesuaikan dengan situasi nasional, kemudian dipadukan dengan pengetahuan
intelektual dan pengalaman perjuangan revolusinya. Garis massa yang
bersemboyankan “dari massa, untuk massa” adalah kebijakan politiknya. Dimana
suatu kebijakan politik dapat disebut baik apabila secara murni berasal dari
massa yaitu petani dan pekerja, dengan memperhitungkan kepentingan dan
keinginan mereka.
Kesuksesan
konsep ini membutuhkan kerjasama antara pemimpin dan massa. Tiga Subjek utama
yang terlibat adalah politburo sebagai pemimpin tertinggi, kader-kader partai
level menengah, dan massa sebagai tingkatan terendah. Konsep garis massa
menjadi alat monitoring tehadap aktivitas para kaum elit birokrat. Sedangkan
konsep garis massa juga menjadi alat monitor terhadap kecenderungan mereka untuk mengatur massa melalui partai dan
sanksi-sanksi yang tidak jelas.
Partai adalah pemimpin massa, kedudukannya tidak lebih tinggi dari massa. Mao menggambarkan hubungan antara partai dengan massa seperti ikan dan air, mereka saling membutuhkan. Pemikiran Mao tentang manusia bisa dikatakan lebih moralis dibandingka dengan tokoh-tokoh marxis yang lain. Manusia bukanlah “produk sudah jadi”, namun dipengaruhi oleh lingkungandisekelilingnya, terutama pendidikan.
Menurut
Mao,keanggotaan seseorang dalam suatu kelas dapat berubah, ia dapat dibentuk
menjadi manusia baru melalui “pendidikan kembali” (reeduksi). Manusia berhak
sepenuhnya atas hidupnya serta menentukan dan mengubah kehidupannya. Pandangan
ini mendasari konsep tentang voluntarisme, bahwa keinginan dan kebulatan tekad
manusia pada akhirnya akan mampu melalui segala rintangan untuk menuju dunia
yang lebih baik. Mao yang moralis telah mengubah teori
“materilalisme-dialektik” Marx menjadi “moralisme dialektik”. Belajar dari
pengalaman Lenin, Mao menyimpulkan bahwa transformasi fisik (sarana-sarana produksi)
, tanpa diimbangi dengan transformasi moralitas masyarakat, tidak akan menjamin
kelanggengan masyarakat baru.. Oleh karena itu, pemikiran sosialis harus
ditanamkan kepada masyarakat dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari hingga
menjadi way of life. Itu adalah tujuan dari program Revolusi Kebudayaan.
Tertanda
Sang Cendekiawan
Yoga Pradito W
Komentar
Posting Komentar